Hari ini tidak ada sorak-sorai. Tidak ada perayaan besar. Tapi ada ruang kecil dalam diri yang terasa cukup hangat untuk sekadar duduk, diam, dan merenungi—sudah sejauh mana kaki ini melangkah?
Tumbuh tahun adalah tentang proses, bukan selebrasi.
Perjalanan ke titik ini penuh simpul, ada pencapaian yang membahagiakan, ada kegagalan yang menguatkan. Ada orang-orang baik yang datang sebagai guru, dan ada kehilangan yang menyisakan jeda untuk belajar.
Masih punya ambisi. Masih ingin berkembang, masih ingin melangkah lebih jauh. Tapi mungkin bedanya, ambisi hari ini tidak lagi dibalut oleh ego ingin tampil. Lebih kepada bagaimana menjadi versi terbaik dari diri sendiri—dalam diam yang produktif, dalam kerja yang konsisten, dalam proses yang tidak selalu perlu diumumkan.
Kini mulai belajar bahwa menjadi utuh tidak bisa hanya dengan satu sisi. Maka perlahan mencoba menyeimbangkan:
- Olah Rasa, agar peka terhadap sekitar dan tetap peduli meski terkadang sekitar memberikan feedback yang tak baik kepada kita.
- Olah Pikir, agar tetap tajam, rasional, tidak mudah terombang-ambing oleh arus yang ramai.
- Olah Batin, agar niat selalu lurus, hati terhubung dengan nilai-nilai yang dalam, dan jiwa tetap kuat meski diuji.
- Olah Raga, karena tubuh ini pun titipan, dan kesehatan adalah syarat untuk terus berkarya.
Semua itu membantu menjaga hubungan dengan yang diatas (ḥablum-minallāh)—dalam diam, dalam doa, dalam usaha. Juga menjaga hubungan dengan sesama (ḥablum-minannās)—dalam etika, tanggung jawab, dan cara menghargai orang lain. Di usia ini, ingin lebih sadar, lebih adil dalam relasi, dan tidak hanya sibuk mengejar dunia sendiri.
Rasa syukur juga tumbuh lebih jernih. Bukan hanya karena punya, tapi karena sadar bahwa tidak semua orang punya kesempatan yang sama. Bisa belajar, bisa sehat, bisa berkarya, bisa bermakna—itu saja sudah cukup untuk membuatku ingin melanjutkan hari dengan semangat yang baik.
Jika boleh meminta, aku ingin terus diberi kejernihan berpikir, keluasan hati, kesehatan tubuh, dan kesempatan untuk tumbuh dalam kebaikan. Ya, sebagaimana orangtuaku memberikan nama 'ihsan' yang berarti (kebaikan, berbuat baik). Untuk diriku sendiri, untuk orangtuaku, dan untuk siapa pun yang bisa merasakan dampak dari kehadiranku, sekecil apa pun itu.
Dua puluh lima bukan puncak. Tapi ini cukup untuk mengingatkan bahwa waktuku di dunia ini terbatas, dan aku ingin menggunakannya dengan baik. Tanpa banyak riuh, tapi tetap teguh.
Ucapku maaf atas lidah yang berucap menyakiti baik disengaja ataupun tidak untuk semua orang yang pernah berjumpa.
I wanna say thankyou for me :)
Teruslah belajar, bergerak, dan berdampak untuk kebermanfaatan dan kebahagiaan orang banyak meski belum terlihat. ✋
Alhamdulillah, Dua Puluh Lima.
(Ahad, 03 Muharram 1447 H/29 Juni 2025 M).
![]() |
| Picture Angka Canva Design |
